KARTU KREDIT, TIRTO.ID, asuransi mobil murah, harga mobil terbaru, KECANTIKAN WANITA, kecantikan wanita, hosting, kartu kredit bca, kartu kredit mandiri, kartu kredit BNI, forex, SAHAM, FBS, kartu kredit mega, kartu kredit CIMB, traveloka, MATAHARI MALL, SHOPIFY.
Sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, Indonesia jelas punya banyak stok ulama yang bisa menjadi rujukan dalam belajar ilmu agama. Mulai dari ustadz tingkat pengajian ibu-ibu PKK hingga ustadz bertarif mahal yang kerap muncul di televisi, baik di acara rohani maupun di acara gosip.
Tak jarang, ustadz yang punya popularitas juga memicu kontroversi karena materi yang dibawakannya. Salah satunya adalah ustadz Syamsuddin Nur Makka. Da’i muda asal Maros, Sulawesi Selatan kelahiran 1992 ini tengah ramai jadi bahan perbincangan karena materi dakwahnya dirasa vulgar dan mencemari pandangan orang tentang Islam selama ini.
Pesta seks
Syamsuddin, atau lebih akrab dikenal sebagai ustadz Syam, menuai kecaman masyarakat karena isi ceramahnya yang menyinggung pesta seks di program “Islam Itu Indah” milik Trans TV pada hari Sabtu, 15 Juli 2017 lalu. Mengutip ustadz Syam, dirinya mengatakan:
“Salah satu nikmat yang ada dalam surga adalah pesta seks. Minta maaf, karena inilah yang kita tahan-tahan di dunia dan kenikmatan terbesar yang diberikan Allah SWT di surga adalah pesta seks. Kenapa ini? Karena ini yang disuruh tahan di dunia oleh laki-laki,” demikian ucap ustadz Syam di hadapan audiens yang mayoritas perempuan.
Sontak, isi ceramah tersebut viral diperbincangkan dan jelas menuai kecaman. Banyak orang menyayangkan pilihan kata yang digunakan oleh ustadz Syam, karena justru bisa membuat salah paham dan mencoreng nama Islam. Secara sederhana, bisa dipahami jika ustadz Syam sebenarnya bermaksud untuk menggambarkan janji Allah pada orang-orang saleh di surat At Thur 17-20:
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam surga dan kenikmatan (17). Mereka bersukaria dengan apa yang diberikan oleh Tuhan mereka; dan Tuhan mereka memelihara mereka dari azab neraka (18). (dikatakan kepada mereka), “makan dan minumlah dengan enak sebagai balasan dari apa yang telah kamu kerjakan” (19). Mereka bertelekan di atas dipan-dipan berderetan dan Kami kawinkan mereka dengan bidadari-bidadari yang cantik bermata jeli (20).
Peran ‘polisi moral’
Dengan menafsirkan janji Allah tersebut sebagai legitimasi pesta seks (bersama para bidadari) di surga, wajar saja jika ustadz Syam kemudian menjadi bulan-bulanan masyarakat. Tak sedikit pula yang turut mencibir tim internal Trans TV karena dinilai gagal mencari ustadz yang berkualitas, serta luput melakukan seleksi untuk materi yang layak siar atau tidak.
Ustadz Syam boleh jadi keblinger dalam berdakwah. Ia melupakan keberadaan masyarakat sebagai kontrol sosial. Bahkan boleh dibilang, masyarakat sekaligus menjadi polisi moral yang menentukan apakah sesuatu layak dikonsumsi publik atau tidak. Tak heran jika video berisi ceramah ustadz Syam langsung mudah tersebar begitu saja pada siapapun, lintas ras, agama dan kesukuan, meskipun target penonton Islam Itu Indah adalah pemeluk agama Islam saja.
Ucapan ustadz Syam yang lantang saat memaparkan adanya pesta seks di surga tentu dinilai tidak etis untuk menjadi materi terbuka yang bisa ditonton oleh segala usia dari berbagai kalangan. Pernyataannya pun berpotensi menimbulkan pendapat bahwa segala amal ibadah umat manusia di dunia hanya bertujuan untuk mencari kepuasan seksual semata.
Ustadz Syam pun kini diketahui telah meminta maaf, dan mengatakan bahwa dirinya adalah pribadi yang masih dangkal ilmunya. Ia juga berterimakasih karena masyarakat sudah berkenan mengingatkannya.
Kita sendiri (khususnya umat Islam) sebenarnya perlu juga untuk berterimakasih pada ustadz Syam, karena melalui video ceramahnya yang viral dikecam itulah kita jadi tahu masih ada acara rohani di televisi, bukan melulu sinetron dan gosip saja.
Sumber : https://www.inovasee.com/
0 Response to "Heboh dibuli Netizen Dengan Ceramahnya Ustadz Syam, Pesta Seks, dan Para Polisi Moral...Berikut Isinya dan Tonton Videonya"
Posting Komentar